you and me #part 2



“ holla. gelsya?, kau dimana, bisakah kau kembali ke stand aku harus pulang.!” –bobs-
“ holla,” –aku-
“ holla. gelsya?, kau dimana, bisakah kau kembali ke stand aku harus pulang.!” –bobs-
“ yaa, aku datang bobs” –aku-
Pip. Sambungan terputus.
“ anggy mau kah kau menemaniku kembali ke stand?, “ ucapku, sambil mengusap air mataku. Rasanya hatiku benar-benar hancur. Ya tak sedramatis itu memang tapi benar-benar perih. Setelah kuceritakan semuanya pada anggy. Dia hanya dapat membantuku untuk bersabar, dan melatihu  untuk mencoba mengambil nafas lebih dalam.
“ apa kau yakin akan kembali ke stand?. Kurasa itu akan membuatmu semakin sakit. Sya…, kau akan bertemu dengan luke.” Jawab anggy lalu memberikanku tissue lagi.
“ tidak apa, sepertinya dia sudah pulang, ayolaah… ku mohon!.” Jawabku dengan suara serak. Akhirnya aku dan anggy memutuskan untuk kembali ke stand dengan syarat jika nanti aku bertemu dengan luke aku tak boleh menangis.
***
“ maaf bobs, tadi aku pergi begitu saja.” Ucapku lalu mengambil sebotol air mineral.
“ ah iya tak apa. kau bisa kan menjaga stand sendiri. Aku harus pulang. Adikku sendirian tak ada yang menjaganya dirumah.” Ucapnya dengan wajah yang meyakinkan aku. “ iya tak apa.” Sahutku. lima menit kemudian bobs pulang dan aku kembali sendirian di stand yang hampir tak bernyawa ini.
Malam ini adalah pucak acara. Ku lihat teman-temanku berlalu lalang. Ada yang bersama teman-temannya ada yang bersama pasangannya. Dan aku?, lihat aku? Aku sendiri. Dimalam yang harusnya aku dapat ikut melompat-lompat bersama teman-temanku menikmati setiap genre music yang dibawakan oleh para guess star. Tapi aku malah duduk sendiri. Lalu menangisi luke yang sudah membuatku terkejut dengan hubungannya bersama bella. Ahhh… aku tak ingin melihat wajahnya lagi. Malam semakin larut aku semakin merasa berantakan saat ku lihat luke dengan bella. Aku ingin mendekati luke dan berteriak ditelinganya “ HARUSNYA KAU MEMILIH AKU BUKAN DIA!!!!. Bukan wanita itu luke…!. Bukan bella… tapi aku…” tapi itu tak mungkin itu sama saja aku menyiapkan peti mati untukku sendiri.
Setelah kupikir lebih baik aku pulang cepat. Aku lalu meraih handphoneku dan mengetikan beberapa nomor.
“  holla… malfoy, bisakah kau menjemputku?.” –aku-
“ holla, gelsya, ah maaf aku tak bisa. Aku sedang ada kencan. Telfon taxi saja, I’m so sorry darling… bye!.”
Tanpa meng-iya-kan usulan malfoy aku lalu menutup sambungan. Dan segera beranjak dari stand. Aku tidak menelfon taxi atau apapun. Aku memilih pulang dengan jalan kaki. Mungkin perasaanku akan lebih baik. Toh jarak rumah dan sekolahku tak begitu jauh. Sepanjang jalan aku terus mengutuk luke. Air mataku tak habis-habisnya. aku ingin dunia tau bahwa malam ini aku benar-benar sedih. Aku membenci luke.
***
Jalanan di malam musim semi dengan lampu jalan yang seadanya makin menambah kegalauanku. Aku terus menyusuri trotoar jalan sniver. Aku terus terisak selama perjalanan pulang. Tangisku yang sesenggukan membuat bahuku naik turun. Disaat seperti ini aku sukaa sekali mengutuk diriku. Yang tidak secantik wanita lain. Meskipun momy selalu mengatakan bahwa cantik itu terpancar dari hati. Tapi tetap saja bagiku itu hanya tipuan belaka. Laki-laki mereka hanya melihat outer beauty. “ ahh shit… shit… shit…!!!”
Aku tak ingin pulang kerumah. Tapi harus kemana aku pergi?. Aku tak tau mau kemana menangispun rasanya sudah tak ingin. Ku tempatkan pantatku di sebuah kursi besi dibawah lampu jalan. Ya.. Tuhan,,, harus bagaimana aku?. Mengapa ini harus terjadi disaat aku benar-benar menyayangi luke. Mengapa bukan waktu itu saat aku menganggap luke hanya sebagai sahabatku.
“jika kau menangis kau akan terlihat seperti ibu-ibu yang sedang kesal karna anaknya menyisihkan potongan paprika di makan malamnya…” ucap seseorang lalu mengulurkan tissue. “ ayo lekas usap air matamu, kau terlihat tidak manis jika menangis…”, lanjut lelaki itu.
“ bagaimana kau bisa tau?, ibuku akan marah jika aku menyisihkan potongan paprika?, tidak menangispun aku memang bukan anak yang man. Aku sama sekali bukan anak yang manis.”, ucapku lalu mengusap air mataku dengan punggung tanganku sambil terus terisak.
“ hey gunakan ini. Itu tidak steril…!.” Ucapnya, “ setidaknya aku senang bila melihat kau tersenyum. Sepertinya matahari, awan,langit semuanya ikut tersenyum. Lihat jika kau menangis bulan takkan tampak. Bintangpun mengurungkan niat untuk bermain denganmu.”
“lihat aku… buruk sekali bukan?. Hatiku hancur berantakan. Oh ya apa yang kau lakukan disini Gordo?, ah aku tau pasti kau membuntutiku… mengaku saja!.”
“ untuk apa membututimu, aku bisa berurusan dengan luke-mu itu!.”
“tak usah menyebut mahluk itu lagi. Anggap saja ia tak ada. dengar ya, aku benci luke!.”
“ ada apa dengan kalian?.”
Aku lalu menceritakan semuanya. Dan air matakupun berjatuhan. Sekuat apapun aku menahannya mereka semua akan menerobos pertahananku dan membasahi pipiku. Mengingat semuanya, seperti mengulangi ledakan bom itu dihatiku. Mula-mula aku tak tau ada bom, lalu tiba-tiba saja terdengar detak waktu dan duaaaaarrrrrrrrr!!!!!!. Semuanya meledak begitu saja. Seketika.
“ sudahlah,,, tak usah menangis. Air matamu tidak akan membuat luke jatuh kepelukanmu bukan?,” ucap gordo lalu menggenggam bahuku. “ kau tidak boleh menangisi orang yang menyakitimu. ayo, tersenyumlah gelsya!.”
“ tapii,,, jika harus seperti ini mengapa Tuhan harus mempertemukanku dengannya?, mengapa?. Apa mungkin Tuhan tak sayang padaku sehingga ia, membuatku seperti ini!.” Ucapku lalu terisak di pundak gordo. Entah sejak kapan gordo memelukku. Tapi aku memang membutuhkan sebuah pelukan. Saat ini.
“ tak usah menyesal karna pernah bertemu dengannya. syukuri saja apa yang telah terjadi padamu. Kau tau mengapa terkadang tuhan mempertemukan kita dengan orang yang terkadang tak tepat dengan kita?. Karna dia ingin jka suatu saat nanti kau bertemu dengan orang yang tepat kau akan bersyukur kepadanya. Ayolah sya,,, ini bukan akhir semuanya.” Ucap gordo, terus meyakinkanku. Aku masih terisak dalam pelukannya yang hangat. Yang menenangkanku. Luke… andai saja kau yang ada disampingku saat ini. Mungkin aku lebih bahagia, lebih merasa nyaman. Yah aku nyaman bersamamu, tapi kau tak pernah mengerti semua itu luke. Kau bahkan memilih dia, bukan aku. ucapku dalam hati.
*****
Aku lalu terperanjap dari tidurku. Sinar matahari saling berdesakkan masuk melalui celah ventilasi udara. Aku hampir tak ingat apa yang terjadi padaku. Rasanya kepalaku berat sekali. Aku lalu berdiri di depan cermin. Kulihat sesosok wanita di cermin itu. Ia terlihatan sangat memprihatinkan. Matanya bengkak. Hidungnya merah. Lalu kutersadar bahwa wanita itu adalah aku. Kasian sekali diriku itu. Aku menjatuhkan tubuhku di kasur lalu mengingat apa yang telah terjadi. Tak terasa setetes air mata meluncur. Aku lalu menghapusnya. Aku tak ingin menangis lagi. Benar kata gordo air mataku terlalu berharga bila jatuh hanya untuk menangisi orang itu. Aku harus lebih baik. Aku berjanji pada diriku akan menemukan seseorang yang lebih dari luke. Pip… pip… aku lalu meraih handphoneku. One message receive.
Frm: Poooooooo :)
Mamot…. Apakah kau baik-baik saja?, aku sangat menghawatirkanmu.
Kemarin aku mencarimu. Tapi kau tak ada dimana-mana.
Ahh…?. Mulutku menganga lebar menatap layar handphoneku. Dia bahkan tak menyadari apa yang telah terjadi denganku. Dia tak menyadari aku menangis karnanya. Dia tak sadar. Iya… dia tak mungkin menemukanku. Aku sudah ditelan bumi malam itu. Aku lalu mengetikan beberapa huruf yang mengungkapkan bahwa AKU BAIK-BAIK SAJA. Aku baru saja akan berangkat ke-kamar mandi, lalu kudengar handphoneku berbunyi lagi.
Frm : Poooooooo :)
Mot… meskipun aku sudah memiliki bella, tapi kau masih menjadi sahabatku kan?.
Aku menyayangimu mot. Sebagai sahabatku…,
Apa-apaan ini???. Apa yang sedang dia pikirkan. Dia pikir aku ini apa?. Jika telah berpacaran dengannya yasudah jauhi aku. Kenapa malah ingin tetap menjadi sahabatku seperti ini?. Yang benar saja, kenapa dia tidak membunuhku saja?. Ya tuhan… apa yang sebenarnya ada dipikirannya?.
Send : poooooooo :)
Ya, I love you too…
Bodooh…!!!! Kenapa ini yang kukirimkan?. Aghhh… demi Tuhan aku mengutuk diriku sendiri. Gelsya kau bodoh sekali
****
Sudah tiga miggu umur pacaran luke dan belle. Yaah… dan sampai saat ini aku dan luke masih bersahabat. Ternyata aku tak bisa jauh-jauh darinya. Sungguh. Setelah kupikir-pikir tidak ada salahnya jika kami tetap bersahabat. Dan selama  tiga minggu ini aku sempat menjalani hubungan dengan gordo. Yah… malam itu dia mengantarku pulang lalu dia, mengatakan sesuatu yang sangat tidak kuduga. Dia bilang dia mencintaiku..
“ gelsya… sebenarnya ada yang ingin ku katakana padamu.” Gordo.
“ ucapkan sajaa…. Ada apa?,”
“ entahlah mungkin kau berfikir aku sangat keterlaluan, dan kau mungkin akan berfikir aku seperti memanfaatkan semua ini. Entahlah, tapi aku hanya ingin mengatakan…”
“ ayolah gordo… diluar dingin sekali, apa yang sebenarnya ingin kau katakan?,”
“ aku menyukaimu sya… apakah kau mau menjadi sebagian dari senyumku?.”
Entah apa yang ada dipikranku waktu itu. Lama aku tidak menjawab,tapi tiba-tiba saja aku mengangguk. Dan gordo lalu berhamburan memelukku. Tapi hubungan kami tak berjalan lancar, tiba-tiba saja gordo jadi sibuk dan jarang menelfonku. Dan lima hari yang lalu, aku melihatnya disupermarket dengan seorang wanita. Tanpa pikir panjang, saat itu juga aku memutuskan semuanya. Ironis.
 Oh ya… aku memiliki perjanjian dengan luke aku harus memberitahukannya, siapa lelaki yang membuatku mengangis pada malam carnaval itu. Ah luke bodoh!. Kenapa ia tak sadar juga?. Aku akan memberi tau luke minggu depan. Padahal rencananya aku akan memberi tahunya taun depan pada saat malam tahun baru tapi dia terus memaksaku.
Handphone ku bergetar, memberi tahu bahwa sebuah sms telah masuk.
Frm : poooooooo :)
Gelsya… aku putus dengan bella.
Entah apa yang ada dipikiranku sekarang ini. Mulutku masih terbuka lebar. Aku terpaku menatap layar handphoneku. Bagaimana bisa?. Secepat itukah hubungan mereka berjalan. Kupikir mereka akan sangat lama. Entah apa yang harus kuucapkan… aku hanya dapat mengatakan sabar.. dan semangat…. Masih banyak wanita lain yang mencintaimu, lebih dari dia. Tapi dia tidak membalasnya.
Aku tak tau bagaimana seharusnya aku merasakan semua ini. Jika aku merasa senang, maka aku sangat egois. Disaat luke sedang bersedih seperti ini, aku jahat jika aku merasa senang. Ahhh entahlah. Aku tidak bisa berfikir dengan baik saat ini. Aku terlalu sibuk bingung mengurusi seharusnya bagaimana perasaanku. Yah aku bingung bagaimana harus merasakannya.
****
Setelah putus dengan bella, hubunganku dengan luke baik-baik saja. Semakin membaik malah. Yah… dari bangun tidur hingga akan tidur lagi kami tak putus komunikasi. Standar lah hanya menanyakan, apakah kau sudah makan, sedang apa. Dan sebagainya. Teman-temanku selalu berkata, kau itu sedang digantung oleh luke. Hati-hati saja, suatu saat nanti jika semua tak sesuai dengan harapanmu, semua ini akan menjadi sangat menyakitkan. Tapi aku tak menggubris omongan mereka. Aku hanya yakin, luke tidak akan melakukan sesuatu yang dapat menyakitiku lagi. Aku sangat yakin.
Hari ini aku akan memenuhi janjiku kepada luke. Aku akan memberitahunya siapa lelaki yang telah menyakitiku. Aku menuliskanya diselembar kertas. Aku tak tau harus menuliskan apa pada kertas itu.
Sore ini aku dan luke berjanji bertemu di taman. Aku duduk di salah satu kursi besi. Suasananya sangat indah sekali, aku sangat menyukai suasana seperti ini, saat langit mulai berwarna orange dan disebelah sana, warnanya sudah mulai ungu, sangat indah sekali bukan. Aku masih sibuk memandangi indahnya langit sore. Tanpa sadar seseorang sudah ada disampingku.
“ indah yaa…?”
“ emhh… sangat indah!.”
“ oh ya… mana yang kau janjikan?, aku menagihnya!!.”
“ ahh… bisakah kita tunda lagi?. Dua hari lagi…?”. Tanyaku memohon.
“ ayolah kau kan sudah berjanji sya, akan memberitahuku siapa yang membuatmu menangis pada malam carnaval itu.” Ucapnya dengan nada memaksa.
Aku lalu menghela nafas panjang dan mengeluarkan secarik kertas dari tasku. “ mungkin setelah ini aku akan kehilanganmu poo…,” ucapku tiba-tiba. Lalu menyerahkan kertas itu dan, pergi meninggalkannya. Aku sudah siap menerima kemungkinan terburuk yang akan kudapatkan nanti. Aku bahkan sudah siap untuk kehilangan semua tentang luke.
****
Aku sedang berbaring diatas kasur. Menatap kosong langit-langit kamarku yang kutempeli dengan stiker bintang-bintang. Aku selalu menganggapnya itu rasi bintangku. Aneh sekali bukan?.
Aku masih terdiam menunggu pesan dari luke. Yah aku sudah mengira ini semua akan terjadi padaku. Aku sudah mengira luke akan meninggalkanku. Pip… pip… handphoneku berbunyi. Aku langsung meraihnya
From : poooooooo :)
Maafkan aku sya, aku sudah menduga ini sebelumnya. Trmksh krn mencintaiku.
Tapi aku tak bisa aku sedang ingin konsentrasi dgn sekolahku.
Tapi tenang saja aku juga menyayangimu. I love you as my sister…
Air mataku mulai meluncur tanpa komando. Aku tak bisa menghentikannya. Entah kalimat apa yang harus kuketikkan di handphoneku.
Send : poooooooo :)
Poo, berjanjilah kau tidak akan meninggalkanku.
You complete me…
Lalu dia pun berjanji tak akan meninggalkanku. Aku menghela nafas panjang. Perasaan lega mengembang dihatiku. Setidaknya aku tak perlu takut kehilangannya.
****
Ujian akhir semester akhirnya berakhir juga. Sudah hampir dua minggu ini aku dan luke kehilangan kontak. Sebelumnya kami juga sedikit menjauh. Rasa takut sedikit menghantuiku. Aku takut dia akan meninggalkan aku untuk yang kedua kalinya.
Sebelum ujian semester aku sempat mengiriminya sebuah pesan singkat, yang bertuliskan I think the end of our story is you leave me alone. Ya…
Lalu dia hanya berkilah bahwa semuanya terjadi tergantung bagaimana takdir. Bagaimana tuhan mengatur semuanya nanti. Dia juga berkata, “tidak mungkin selama-lamanyaaku akan selalu disisimu. Karna pada dasarnya, semua manusia di dunia ini terlahir memiliki jodoh masing-masing. If we matt we will meet again
Aku bisa menerima argumennya waktu itu. Tapi jujur saja tingkahnya akhir-akhir ini sangat menjengkelkan. Tidak ada lagi canda, tawa dan pertengkaran. Tak ada lagi debat, cerita bodoh, lelucon aneh. Tak ada lagi coklat,  atau sebatang lollipop.
Aku meraih leptopku yang sudah dua minggu ini menganggur, ku buka folder stories. Tiba-tiba saja aku teringat akan janjiku.
“ oh iya bukankah kau suka menulis cerita sya?” Tanya luke
“ yaa… lalu mengapa?”
“ bisakah kau buatkanku sebuah cerita,,?”
“ cerita?, tentang apa?,”
“ tentang aku dan kau saja… bagaimana?.”
“ baiklah aku akan berjanji membuatkanmu sebuah cerita, tapi tetaplah menjadi kakakku..”
Lalu obrolan kami mengalir begitu saja. Aku lalu membuka file itu. Kubaca tiap kata yang ada dilayar leptopku. Tak terasa setitik air bening meluncur bebas di pelupuk mataku. Seperti kembali kemasa lalu. Saat aku mencintai luke secara diam-diam. Waktu aku menangis dihadapannya karna aku tak dapat mengerjakan ujian mata pelajaran kimia. Waktu itu terasa indah. Aku dan dia. Gelsya dan luke. Aku lalu mengambil nafas panjang, dan menghembuskannya perlahan. Mengapa rasanya begitu sesak?. Apa mungkin aku akan kehilangan luke untuk kedua kalinya?. Jika tuhan dengar doaku malam ini, aku hanya ingin, apa yang ada sekarang tetaplah seperti ini. Aku lalu meraih handphoneku, lalu mengetik beberapa huruf,
Send : poooooooo :)
Poooo, sedang apa?.
Message sent. Aku lalu mulai mengetik lagi. Sambil mengingat –ingat apa yang sudah luke dan aku lewati, lalu tersenyum tipis. Selang beberapa jam handphoneku berdering
Frm : pooooooooo :)
I’ll say my apologize, I’m not the best for you. Thanks for all
If you with me, I’m only make you sad, pain and hurt.
I don’t want you to hopping for me. I’m not be the one that the best to chose you.
I’m so devil to make you sad. I pray and hope you can find another rather better than me.
Thanks for all. I love you my sister.
Rasanya tiba-tiba saja petir menyambarku. Bom waktu itu meledak untuk yang kedua kalinya. Aku tak bisa menyembunyikan lagi air mataku. Benarkah selama ini aku terlihat sedih saat bersamanya?. Apakah aku terlihat sakit hati jika dia ada didekatku. Ya tuhan. Rasanya aku seperrti sedang dihimpit dua batu. Rasanya sesak. sekuat apapun aku memberontak batu itu akan tetap menghimpitku. Aku benamkan wajahku di antara bulu boneka Winnie the poohku. Lalu terisak sejadi-jadinya kenangan masa lalu pun mulai berputar di otakku. Saat kami bertukar coklat. Atau saat dia menenangkanku. Membunjukku untuk tersenyum semuanya akan tidak ada lagi. Betapa beratnya melepas semua ini. Bahkan bicara dengannya adalah ritual dalam hidupku. Apa mungkin aku telah bergantung padanya?. Sebegitu berartikah dia untukku. Lagu breath without you milik taylor swift mengalun perlahan melewati rongga telingaku. Tapi lagu itu malah membuat hatiku semakin perih. Apakah aku juga harus belajar bernafas tanpa luke?. Apakah aku bisa?. Entahlah!.
And we know is never simple never easy. Never a clear back now and have to save me…
Breath… without you, but I have to, and I can’t breath without you but I have to….
Aku lalu memejamkan mataku. Berharap saat besok aku terjaga ini semua hanyalah mimpi.
****
Sayangnya ini semua bukan mimpi ini adalah sebuah kenyataan. Bagaimana hari-hariku nanti tanpanya. Apa mungkin aku sudah mulai bergantung padanya?. Apa bisa, aku tak melihat senyumnya lagi?. Apa yang harus aku lakukan nanti jika aku bertemu dengannya?. apakah masih bisa seperti yang dulu lagi?. Pagi ini aku terbangun dengan mata sembab yang bengkak. Bagaimana tidak. Semalaman aku menangisi luke. Aku menarik nafas panjang, lalu menahannya sebentar dirongga dadaku, dan menghembuskannya. Tapi rasa sesak itu tetap ada.
Beberapa minggu setelah sms luke itu, aku sudah hampir lose contact dengannya. aku sudah terlalu lelah memikirkan semua ini. Setiap saat yang ada dikepalaku adalah bagaimana membuat hubunganku dengan luke seperti dulu lagi. Tapi mungkin semua itu akan menjadi sia-sia. Karna setiap aku mengririm sms pada luke tak ada satupun balasan yang ku terima.hanya sesak yang ada aku bahkan hampir lupa bagaimana indahnya bernafas?.
Otakku terus berputar mencari cara, bagaimana agar luke membalas pesanku. Tapi rasanya semua cara sudah kucoba. Dan hasilnya tetap, saja nihil. Lalu aku teringat kembali dengan janjiku pada luke. Mungkin dengan cerpen itu aku dapat mengubah keadaan yang carut marut ini kembali seperti semula.
****
Semalaman ini aku menyelesaikan cerpenku. Cerpen itu lalu kugulung dan ku ikat dengan pita. Lalu kuberi note kecil yang ku tali dengan pita, note itu berisi
“ untuk luke, seseorang yang akan selalu ada setiap aku memejamkan mata dan membuka mata. Apa kabarmu hari ini. Semoga baik. Ah ya, lihat aku, sangat berantakan tanpamu. Tapi tenanglah aku berjanji akan selalu tersenyum tanpamu disisiku. Aku akan mendapatkan seorang lelaki yang tentunya jauh lebih baik dari kau. Aku berjanji. Saat aku memikirkan semua ini, taukah kau?, aku sangat merindukan kau, emmm tepatnya aku sangat merindukan kita, tapi mungkin kau memang bukan orang yang tepat untukku, karna sudah dua kali kau membuatku seperti ini. Tapi tak apa semua ini membuat aku sadar, bahwa tak semua cinta itu indah. Terimakasih karna kasih yang selalu engkau berikan, dan karna kau telah mengajari betapa indahnya mencintai tanpa dicntai. gelsya.
Aku meletakan gulungan itu diatas motor luke setelah sekolah usai. Kemudian aku melangkah pergi. Langkahku sepertinya sangat ringan, beban dipundakku juga sepertinya telah habis menguap. Aku berjanji pada hatiku sendiri setelah ini aku akan memulai hidupku dari awal, semua mimpi yang sempat tertunda selama ini, akan kucoba untuk kugapai lagi. “ semangat sya!.” Ucapku menyemangati diri.
 Aku sedang menunggu bus, di trotoar dekat sebuah toko, hingga aku melihat anggy di sebrang jalan sedang melambai ke arahku. Aku lalu melangkahkan kakiku untuk menyebragi jalan, dan…
“ GELSYA AWAAASS!!!!!”  baru saja selangkah, sebuah motor menghantamku dari belakang. Tanpa bisa menghindar. Tanpa bisa berlari, aku merelakan tubuhku terhantam dan terpelanting ke aspal. Lalu samar kulihat anggy menggenggam tanganku. Lalu semuanya gelap.
************
Aku luke, umurku 17 thn. Aku sedang membaca sebuah cerpen dari seseorang yang aku sayang. Meskipun cintaku tak sebesar cintanya padaku. Namanya gelsya, dia adalah gadis yang riang. Tapi hubungan kami berantakan karna rasa cintanya padaku. Bukan… bukan karna aku tak mencintainya tapi hanya saja, aku telah menganggap dia seperti adikku.
Entah bagaimana tapi cerita yang gelsya buat membuatku ingin menemuinya sekarang juga. Segera Aku meraih kunci motorku dan memacu motorku, membelah jalanan. Yang ada dibenakku saat itu adalah gelsya basakah kau memaafkan aku?. Jangan sampai ending cerita itu terjadi juga padamu. Cukup kepaitan yang kuberikan saja. Karna aku tak bisa membayangkan jika kau… dadaku rasanya sesak. Aku tak ingin kejadian buruk menimpanya.
Aku berhenti didepan sebuah rumah. Lalu ku ketok pintunya.
“ maaf anda mencari siapa?” Tanya seorang lelaki setengah baya.
“ permisi tuan apakah gelsya dirumah?.”
“ mmm maaf gelsya dan keluarganya sedang dirumah sakit.”
“ ada apa?. Apa yang terjadi tuan?”
“ tadi siang seseorang mengabarkan gelsya mengalami kecelakaan, apakah ada sesuatu yang penting, akan saya sampaikan nanti”. Seketika petir seperti menyambarku. Tak menunggu lama, setelah lelaki itu memberi tahu dimana gelsya sekarang, aku lalu memacu motorku menuju rumahsakit pusta kota.otak ku tak karuan. Lalu sepintas pikiranku melayang ke cerpen yang gelsya buat.
Perlahan aku membuka daun pintu yang ber-cat putih, kulihat sebuah tubuh terbaring lemah. Didahinya terlihat bekas luka. Ingin sekali aku memeluknya. Tapi tak kuasa. Gelsya.. maafkan aku, ucapku dalam hati. Lidahku kelu. Aku tak bisa mengucapkan apapun. Hanya mematung. Terdiam. Membisu. Ku raih tangan gelsya. Lalu berbisik ditelinganya “ kau tetap adikku, aku lakukan semua ini hanya ingin kau tidak terlalu bergantung padaku. Ayo buka matamu.” . aku lalu memandangi wajahnya yang pucat. Matanya yang tanpa disembunyikanpun aku tau bahwa dia habis menangis semalaman. Tubuh ini begitu rapuh. Sehingga aku tak dapat lagi menjadikannya sebagai penyangga, penyangga setiap detail rapuhnya hatiku.
Sebuah alat yang menyalurkan kabel ketubuh gelsya berbunyi keras, seketika beberapa suster masuk dan menyuruhku keluar. Aku dan keluarga gelsya menunggu diluar, hanya dapat diam melihat apa yang suster itu lakukan pada gelsya lewat jendela kaca. Hingga tiba-tiba alat itu berhenti berbunyi dan, tubuh itu tak lagi menandakan adanya suatu kehidupan. Tubuhku melemas. Tatapanku kosong, gadis yang selama ini sudah kuanggap seperti adikku, kini tak dapat lagi kulihat senyumnya. Lalu kuperhatikan raut wajahnya, seulas senyum Nampak diwajahnya. Seperti sebuah beban berat lepas dari pundaknya. Aku hanya dapat menatapnya dalam kebisuan. Dalam keheningan. Yang perlahan mencekikku.
****
Aku menghadiri upacara pemakaman gelsya. Entah apa yang ada dipikiranku waktu itu. Rasanya seperti kehilangan sebagian dari tubuhku. Aku kehilangan gelsya, dia adikku, sahabatku, dan mamotku. Usai pemakaman, aku tak langsung kembali aku berjongkok didepan makam gelsya, lalu menatapi sebuah gundukan tanah itu. Apakah mungkin jasad dibalik tanah ini akan ada lagi disampingku?. Setelah bosan berperang dengan emosi, otak dan Tuhan aku bangkit dan meletakkan gulungan cerita itu diatas makam gelsya. Aku kemudian melangkahkan kakiku, yah gelsya benar dia akan hidup bahagia. Dia telah menemukan jalannya. Kebahagiaannya. Lalu aku teringat ending cerita yang dibuatnya,
“ setelah aku meletakkan gulungan cerita itu aku lalu beranjak pulang. Aku berjalan menyusuri setiap liku jalan sniver, kamudian sebuah mobil hitam menghantamku dan aku terjerembab ke jalanan. Lalu semuanya gelap.”
Entah harus percaya atau tidak tapi yang dituliskannya dalam cerpenya, seperti sebuah cermin masa depan. Semua yang ada di dunia ini, seperti sebuah scenario. Dimana aku dan kamu, adalah pemeran utamanya. Dan dalam cerita kali ini, aku dan gelsya adalah pemeran utamanya. Gelsya kini telah menemukan kebahagiannya. Kini tinggal aku yang harus berjuang mencari kebahagiaanku. Terimakasih gelsya, karna telah warnai hariku.

you and me




“ poo… kau akan pergi kemana lagi?”, tanyaku dengan nada menyelidik, “ kau kan juga punya tugas untuk menjaga stand ini!.” Teriakku.
Ah ya,,, Namaku gelsya, umurku 15 tahun. Aku memiliki seseorang sahabat yang sangat dekat denganku, namanya luke. Tetapi aku biasa memanggilnya poo. Nama seekor panda yang menjadi pemeran utama di kungfu panda. Mereka sangat mirip. Dan untuk imbalan dari sebutan “poo-ku” padanya dia memanggilku mamot ah entahlah, peduli apa. Karna yang pasti aku sangat sayang dengan pandaku itu. Ahh, kami hanya berteman.Sungguh. Sudah satu minggu ini sekolahku sedang mengadakan pesta untuk merayakan ulang tahunnya. Salah satu dari kegiatannya adalah pameran dengan mendirikan stand. Dan nasib buruk aku mendapat tugas menjaga stand. Aku merasa aku sedang tidak beruntung. Apalagi aku harus menjaga stand ini sendirian.
“ ah iya.. aku baru ingat aku harus membantu robbi, dan Kelvin untuk membuat grafity. Maaf mot aku harus pergi. Akan kupanggilkan bobs untuk menemanimu. Daaah… “ sahutnya dari kejauhan. Aku hanya dapat menganga mendengar ucapannya. Apa maksudnya. Tega sekali dia biarkan aku menjaga stand ini sendirian. Lima menit kemudian..
“ hai sya… luke bilang kau membutuhkan bantuanku?.” Tanya bobs lalu mengambil tempat disampingku.
“ ah syukurlah akhirnya kau datang juga bob… aah, badanku terasa sangat lengket bisakah kau menggantikanku?, aku janji jam enam aku sudah ada disini lagi. Aku hanya pulang untuk membersihkan badan.”, ucapku sedikit memohon.
“ baiklaah… kecuali kau membelikanku satu porsi burger teriyaki…”. Ucapnya dengan senyum kemenangan. Aah persetan dengan orang ini. “ baiklah akan kubelikan untukmu. Tolong yaa…!.”

Biar kuceritakan sedikit bagaiman aku dan luke. Mmm, aku dan  luke cukup dekat. Seperti kakak dan adik. Aku selalu menceritakan semuanya pada luke. Begitu pula sebaliknya. Jujur saja baru-baru ini aku merasakan sesutau yang aneh pada luke. Dia sedikit lebih tertutup. Dan Entah mengapa setiap aku melihat matanya, rasanya seluruh tubuhku bergetar hebat. Sebelumnya aku pernah merasakan hal seperti ini waktu aku jatuh cinta dengan Arnold, temanku di junior high school. Tapi, Sungguh tak mungkin jika aku jatuh cinta pada luke. Dia adalah sahabatku. Kakakku. Temanku. Musuhku. Dia pandaku. Aahh, semoga ini semua hanya shit de javu. Atau mungkin benar itu yang aku rasakan. Entahlah.

****
Aku memarkir motorku didekat pohon cemara. Sekarang sedang musim semi. Aku senang dengan musim semi.
“ hay sherekan, apa kabarmu hari ini?.” Tanyaku kepada kucing berwarna Red Tabby yang sangat gembul ini. Aku lalu menggendongnya dan membawanya masuk. Aku kemudian mendaratkan pantatku di shofa  buluk ini. Dulu warnanya adalah biru tua. Tapi kini warnanya abu-abu. Ahh kontras sekali. “ gel… apakah itu kau?,” teriak malfoy. “ momy bilang kau tidak pulang cepat.”

“yaa… aku hanya pulang untuk membersihkan diri. Sedang apa kau di dapur?,” jawabku lalu membuntuti suaranya menuju dapur. Ku lihat dapur momy sangat berantakan. “ apa yang kau lakukan?,” tanyaku sambil menyipitkan mataku. “ bukankah kau bisa membeli makanan di luar jika kau lapar, momy akan marah besar jika tahu bahwa kau menghancurkan dapurnya!?.” Ucapku dengan tatapan yang cukup sinis.

“ aahhh, kau takkan percaya jika ku ceritakan ini.” Sahutnya lalu memasukan mayones dan mencicipinya. “ is it taste good?,” tanyanya lalu menyuapiku sesendok makanan yang tak berbentuk itu. Sedikit ragu untuk membuka mulut tapi aku tak ingin mengecewakan hati kakakku. “ yeah it’s taste good…” ucapku. Yah meskipun penampilannya sangat tidak meyakinkan rasanya cukup. Sungguh.
“ malfoy I’ll take a bath for a minutes.” Sahutku dari tangga. “ yaaa…!.” Hanya kata itu yang kudengar sesaat setelah ku menutup pintu kamar mandi.  

Sesaat kemudian aku sudah berada di kamar. Aku mematung di depan lemari pakaianku. Dan kemudian menjatuhkan pilihan dengan dress selutut warna coklat dan di tengahnya ada sebuah pita berwarna merah. Dua puluh menit kemudian aku sudah terlihat yah cukup oke. Aku kemudian memasang kalung kupu-kupu kesayanganku. Sebentar ku mematut di depan cermin dan.. sempurna.

“ malfoy… bisakah kau mengantarku ke sekolah?,” ucapku.
“ kenapa kau tak membawa motormu?,” tanyanya.
“ aku sedang tak ingin”
“ mengapa kau tak ingin?”,
“ ya Tuhan malfoy… jawab saja, aku harus buru-buru.”
“ baiklah…”. Ucapnya lalu beranjak dari tempat duduk.
***
Aku datang tepat pukul enam kurang dua menit dengan seporsi burger teriyaki untuk bobs. “ terimakasih, kupikir kau hanya bergurau.” Sahutnya lalu menyerobot burger itu dari tanganku.. Aku lalu menduduki salah satu kursi di samping bobs. dan mengeluarkan sebuah novel, yang baru kupinjam dari shalsa.
Tiba-tiba seseorang sudah duduk dihadapanku. “ buku apa yang kau baca mot?,” ucapnya.
“ poo?, kau terlihat sangat berantakan.” Ucapku. “ bisakah kau lihat?. kukumu berwarna-warni, lalu hidungmu ada cat hijau.”. lanjutku sambil menggelengkan kepala.
“ aahh setelah ini aku akan pulang dan membersihkan badan!.” Jawab luke. Aku lalu mengambil tissue di dalam tasku dan membersihkan kukunya yang penuh dengan cat.
“ apakah kau akan kembali lagi malam nanti?, bukankah nanti malam adalah puncak dari acara?,” tanyaku lalu kembali mengambil aseton dan membersihkan kukunya.
“ entahlah…” jawabnya.
“ haay luke… tadi fredd mencarimu, waah… sedang apa kau?,” sahut emillie lalu mengambil tempat disampingku.
“ iya aku sudah bertemu dengannya,” jawab luke.
“ poo apakah kau akan kembali setelah pulang nanti?,” tanyaku menegaskan.
“ entahlah, mungkin akan kembali jika dia juga datang.”.
Dia?, dia siapa?, poo tidak pernah bercerita sebelumnya padaku. Dia menutupinya dariku. Ahh, mengapa perasaanku jadi tak enak begini. Kenapa rasanya menjadi panas. Aku lalu berhenti membersihkan kuku luke, lalu kembali sibuk dengan novelku.
“ ahh iya… kau sudah berpacaran dengan bella yaa, waah selamat luke.” Ucap emillie.
“ iyaa, terimakasih.”. taukah kau apa yang kurasakan saat itu?. rasanya aku benar-benar ingin meledak!!!!. BERPACARAN???. Yang benar saja. Aku lalu memasang kupingku lagi, mendengar percakapan mereka.
“ semoga awet yaa,”
“ iya doakan saja…!”
“ akan ku doakan supaya bisa tetap bersama sampai kau dan belle sudah keriput nanti.”
“ terimakasih emillie,!” sahut luke. dan kupastikan senyumnya berkembang lebar.

Aku tak mengerti apa yang terjadi padaku. Telingaku rasanya panas. dan tiba-tiba saja air mataku meleleh. Rasanya panas sekali. Persetan dengan ini semua. Apa?, poo sudah memiliki kekasih. Ahhh aku benci poo. Aku sangat berharap bumi akan menelanku sekarang juga.
“ kau kenapa mot?,” Tanya luke sambil mencari celah untuk melihat wajahku. Aku tak bisa menjawab pertanyaannya, aku hampir ingin berteriak sedetik yang lalu. Aku tak mungkin menjawab pertayaannya tubuhku bergetar hebat suraku serak. Dia akan curiga jika mendengar suara serakku. Rasanya sebuah bom nuklir telah meledak di hatiku, menghancurkan semuanya, segala harapan. Aku tak percaya. Ini akan terjadi padaku. Disaat aku benar-benar yakin aku telah mencintai luke sepenuh hatiku. Aku tak tahan lagi. Aku lalu bangkit dari kursiku dan berlari keluar, menyusuri lapangan. Kemudian aku menabrak seseorang.
“ gelsyaa…!?,” sahut seseorang tapi aku masih terus menundukan wajahku yang sudah bercucuran air mata, “ apa yang terjadi padamu sya?,” lanjutnya. Aku tak menjawab pertanyaan anggy aku malah memeluknya erat. Entahlah aku hanya ingin menangis saat ini. Aku sedih. Aku kecawa. Aku benci padanya. Akuu… ARRRRRGGGGHHHR!!!!!!!@#$%&*#@$
Handphone ku bergetar.

love will never die



Celana jeans hitamku hampir tak berwarna hitam lagi karna lumpur. tubuhku sudah basah akibat hujan. Air mataku hampir habis. Entahlah, yang ada dibenakku sekarang adalah bagaimana hidupku setelah ini. Bagiku dia adalah separuh jiwaku. Mencintainya adalah nafasku. mungkin aku berlebihan. Tapi kukatakan semua ini tulus dari hatiku. Mana mungkin aku berbohong atas perasaanku. Mencintainya adalah sesuatu hal yang paling benar dalam hidupku.
ciuman di malam itu adalah ciuman pertama dan terakhir untukku. Aku hanya dapat merasa dunia tak adil. Aku mencintai gea lebih dari aku mencintai diriku sendiri. He means evrythings for me. Tapi kini dia telah pergi. Bukan untuk sehari atau dua hari, sebulan atau berbulan-bulan. tapi dia pergi Untuk selama-lamanya. Ya Tuhan bagaimana kau bisa mengambil seseorang yang aku sayang dari sisiku?. Tanpa dia aku hanyalah sepotong daging yang punya nama. Tanpa arah, tanpa tujuan, tanpa mimpi.
Seseorang mengahampiriku, payung birunya membuat dia tampak seperti malaikat. Malaikat yang datang dari surga. Tangannya menyentuh pundakku lembut, '' ndis,,, bisakah kau menghentikan tangismu dan pulanglah denganku!.'' Ucapnya lembut. lonil, dia adalah sahabatku. Sahabat yang selalu ada untukku. Seperti sekarang ini.
'' tinggalkan aku sendiri ''. Ucapku lirih, lalu memeluk tubuhku, yang mulai terasa dingin dan berusaha menghangatkannya. tatapanku kosong, bibirku pucat.
'' ya Tuhan grandis, bisakah kau berhenti keras kepala dan dengarkan ucapanku. Aku tak mau kau jatuh sakit. Jika kau tetap seperti ini kau hanya membuat gea sedih disana!.'' lonil menatapku iba. Matanya lesu. Dia terlihat keren dengan kaos hitam yang di double dengan kemeja bergaris hitam dan celana jeans hitam. Ah peduli apa dengan penampilannya.
Aku masih diam dalam hening. sudah 3 jam aku duduk dibawah guyuran hujan dan tak bisa disembunyikan lagi kini kulitku benarbenar pucat dan mulai mengeriput. Bibirku mendesah, kedinginan. Tapi dinginnya tubuh ini tak sedingin dengan dinginnya hatiku. Hampa.
Lonil masih setia menemaniku dia mengambil tempat kurang dari satu meter dari posisiku sekarang. Tibatiba tangan kanannya melingkari bahuku dan menarikku lebih dekat merapat ketubuhnya. Kini hampir tak ada jarak lagi antara kami. Begitu dekat. Tangan kirinya terus memegang payung, melindungi aku dan dia dari guyuran hujan.                
 '' dengarkan aku. Aku akan selalu ada disini menemanimu. relakan dia, ini yang terbaik untuknya!'' ucap lonil lirih lalu memeluk tubuhku lebih erat lagi. Hangat, menelan semua kehampaan yang kurasakan.
**
Aku terbangun lalu mengerjapkan mataku, kulihat jam yang menggantung di dinding '' baru jam tiga pagi.'' gumamku. Yang ku ingat kini hanya, q telah kehilangan pacarku, aku belum makan sejak dua hari yang lalu. Dan aku tidak bangun dari tempat tidur sudah sejak 3 hari yang lalu. Yaah sudah kubilang aku bukan apa-apa tanpa Gea.
Krraaaaak bumb'
Terdengar dentingan kayu yang terjun bebas ke tanah. Aku bangkit dari kasur dan melihat keluar jendela, sebentar ku pejamkan mata. Sesosok lelaki di tengah taman menatapku. Ku gosok mataku, ah mungkin aku salah lihat atau mengigau. Tapi dia tersenyum padaku. gea?. Diaa.. Ada di halaman. Senyumnya, itu senyum yang selalu diberikannya. Tak kusadari mulutku sudah terbuka sangat lebar.
Aku lalu bergegas keluar dan menghampirinya. yaah, tak ada orang. Oh mungkin hanya fatamorgana. Fatamorgana di tengah malam. Aku hendak kembali kerumah tapi pundakku tertahan. perlahan ku menoleh, '' gea '' ucapku lirih. aku lalu memeluknya. Ya ampun aku tak dapat memeluk gea. Kucoba sekali lagi. Tapi tetap tak bisa. Air mataku meleleh lagi. Isak tangisku pecah. ku tatap gea, wajahnya bersinar ia mengenakan pakaian putih. dia terlihat sangat tampan. '' kenapa kau harus meninggal?'' tanyaku lirih. '' meninggalkan aku?''. Lalu aku terisak.
Ia hanya tersenyum padaku. Ya tuhan tampan sekali. Aku hanya dapat terisak. Ku dengar derit pintu rumahku ada seseorang dari arah sana '' sayang apa yang sedang kau Lakukan?.'' sahut momy lalu membelai rambutku. '' kau masih demam grandis!''. Sahutnya lagi.
'' ma gea ma!.'' ucapku dengan wajah senang.
'' grandis gea sudah meninggal. '' ucap mama mengingatkan.
'' ma gea ada disini, gea di..'' tibatiba ucapanku terhenti ya ampun kemana gea, bukannya tadi dia ada disini.
'' sayang lebih baik kita masuk yuk!.''
'' tapi ma..'' aku melangkah gontai mengikuti mama. Sebelum masuk kusempatkan menengok ke halaman, gea Tak ada.
**
aku sedang bermain dengan sylvester kucing persia berbulu lebat. Kucing gembul itu sedang duduk manis dipangkuanku. Tiba-tiba kurasakan sentuhan di bahuku.
'' geaa...?'' aku tak habis pikir. Dari mana dia masuk?. Sejak kapan dia ada disini?. Aku hendak berteriak memanggil mamah, tapi aku tak bisa.
'' kau siapa?''. Ooh aku yakin ucapanku barusan pasti terdengar sumbang. Bodoh kenapa kata-kata itu yg keluar dari mulutku?. Dia hanya tersenyum padaku. '' kau pergi kemana tadi malam?. aku mencari mu.'' Dia tetap tersenyum padaku. Dan tak menjawab pertanyaanku. Tangannya mendekat pada sylvester, lalu dia membelainya lembut.
'' kau bicara dengan siapa?'' ucap seseorang mengagetkanku. Sontak aku menoleh ke arahnya.
'' lonil, apa kau tidak lihat?. Aku bicara dengan gea!''. Ucapku semangat. kutatap raut wajah lonil dia hanya mengrenyitkan dahi. '' gea ada di...''. Ya ampun gea kemana lagi?
''... sampingku''. Lanjutku. Kuedarkan tatapan mataku ke seluruh sudut taman. Gea kemana.
'' lonil percayalah gea tadi. Dia duduk disini, dia membelai sylvester, lalu dia tersenyum padaku. Diaa ... Diaa... Ada.'' . Aku yakin mungkin lonil berfikir kalau aku sudah gila. Entahlah. Tapi gea ada!. Aku melihatnya. Dan aku merasakannya. Dia masih disini.
**
Mamah membawaku ke psikiater. Ya Tuhan aku belum gila. Aku mengalami euforia kesedihan yang berlebihan katanya. aah, gea masih ada. Aku yakin, mungkin tepatnya masih ada di dunia, dalam bentuk lain. Aku membenahi posisi dudukku. Mamah sedang konsultasi dengan dokter psikiater yang menanganiku. Sekilas aku melihat seseorang, yang sepertinya tak asing bagiku. Saat kutatap ternyata benar itu gea, aku langsung menghampirinya. Kucoba menggenggam tangannya, tapi tak bisa. Dia bagaikan udara. Tangannya membelai pipiku, geli. Lalu aku menatapnya, '' apa yang terjadi padamu?. Jelaskan padaku semuanya. Kau hampir membuatku gila. Bukankah Kau sudah meninggal gea. katakan!'' ucapku dengan nada cukup tinggi. Gea menatapku sayu. sepertinya ada yang ingin dia sampaikan.
Lonil lalu mendekap bahuku, '' grandis kau bicara dengan siapa?. Hey?. Are you okay?''. Ucapnya bingung.
'' lonil listen to me, i never lie, and you know about it?. '' ucapku lalu menatap lonil tepat di manik matanya.
'' yeeah i know!. And then?''
'' gea,,, ada yang ingin gea sampaikan. Dia belum tenang nil... '' ucapku hampir menangis.
'' ndis, aku tau kau kurang tidur, aku juga tau kau belum bisa mengikhlaskan gea,!.''
'' nil, percaya, aku kekasih gea, aku yang mengerti dia. Dia butuh bantuan kita untuk pulang ke surga.'' ucapku sedikit memohon.
'' oooh oke, sekarang kita pulang. dokter bilang kau harus banyak istirahat!.'' ucapnya lalu merangkul tubuhku.
'' berjanjilah nil, kau sahabatku bukan?!.'' ucapku menahan langkah kami. Tapi lonil hanya diam. '' nil lihat aku, percayalah..!.'' lanjutku.
'' baiklah, janji kelingking!. Ayo kita pulang.'' ucapnya dengan senyum meyakinkan. '' apakah kau ingin makan sosis saus teriyaki?.'' tawarnya.
'' boleh..!.''
**
Ini adalah malam ketujuh sepeninggalan gea. Malam ini aku dan lonil akan mengahdiri doa bersama dengan keluaraga gea. Acara dimulai pukul tujuh tepat, semua tamu undangan tengah hadir. masih terasa kabut duka di rumah ini. tante delia masih terlihat berduka. Aku menghampirinya. dia mencium dahiku. '' apa kabarmu nak?. Tante dengar kau sempat sakit ya?''. Aku hanya mengangguk. Ku lihat air mata mulai meluncur ke pipinya, tak kuasa aku melihatnya. Lalu kuhapus air mata itu
'' ini yang terbaik. Jangan menangis lagi.'' ucapku lalu tersenyum. Semenjak pemakaman gea aku tak bertemu dengan keluarga gea, kami terlalu sibuk dengan duka masing-masing.
Acara akhirnya selesai. Aku sedang duduk di teras rumah gea dengan adiknya. leni bercerita banyak setelah perginya gea. Leni bilang rumah itu seperti tak punya penyangga lagi. Mamah kehilangan semangat memasaknya. Dia terlihat muram . Ayah lebih banyak diam dan lina, dia kehilangan kakak tercintanya. Aku hanya diam menjadi pendengar yang baik. Aku tak bisa mengucapkan apapun, karna aku juga merasa seperti itu. Kehilangan. Lina lalu masuk ke dalam rumah, dia harus membantu tante delia.
Aku sedang melamun, ketika sosok dengan wajah itu hadir lagi. Aku hendak menghampirinya. Tapi langkahku terhenti. '' aku harus memberi tahu lonil!''. satu menit kemudian aku datang dengan lonil, tanganku mengenggam lengannya kuat-kuat. '' tadi gea disini nil...''. Ucapku saat melihat gea sudah tak ada lagi. Aku menyapu pandangan, ku temukan seekor kunang-kunang, ku amati, sepertinya kunang-kunang itu sengaja mencuri perhatianku. Ada yang ingin dia tunjukan. Kunang-kunang itu terbang menjauh. Aku sontak lari mengejarnya. '' grandis, ini sudah malam bahaya..!'' teriak lonil mencegahku. Tapi aku tak peduli.
Aku berlari keluar halaman, mengejar kunang-kunang itu, ku telusuri jalan demi jalan. Hingga aku terhenti di suatu titik, '' bukankah ini jalan ke danau?! '' aku membatin. Di belakang perumahan ini terdapat danau buatan sebagai salah satu lahan resapan air. Biasanya aku dan gea akan datang kesini untuk sekedar melihat bintang atau menangkap kunang-kunang. Kraakkk, aku menginjak ranting yang berserakan di tanah. Aku sempat kaget dengan suara yang kubuat. bulu kudukku sedikit berjengit.
Ku ikuti kunang-kunang itu, hingga aku sampai di ujung danau. Disana berkumpul ratusan kunang-kunang, sebelumnya aku tidak pernah melihat kunang-kunang sebanyak ini. Indah. Lalu sosok itu kembali datang. Kali ini dia terlihat lebih nyata. '' geaa...'' ucapku lirih, lalu mengulurkan tanganku. '' jelaskan semuanya mengapa ini semua terjadi?. Apakah kau belum tenang?. Adakah sesuatu yang perlu kau katakan?. Katakanlah sayang,!''. Lanjutku, air mataku mulai meluncur. tapi dia hanya tersenyum.
Dia kekasihku, tapi tetap saja dia... Dia... Dia bukan manusia. Kurasakan bulu kudukku berdiri saat gea memelukku. Dia membelai rambutku. Sudah lama aku tak merasakan belaian seperti ini.
'' pergilah ge.. Aku rela kau pergi. Beristirahatlah dengan tenang. Aku tak apa.'' ucapku lirih. Ku coba memeluknya dan ya ampun, aku bisa memeluk gea, kini dia begitu nyata.
'' aku mencintaimu ndis...,''. Aah pardon?. Gea dia bicara?. Yaampun?.
Aku hanya mengangguk lemah. '' aku mengerti''. Ucapku lirih.
Gea lalu memelukku. Semakin erat. Aku merasa nyaman. Gea, hanya gea yang mengerti aku. Dia selalu tau siapa aku. Dia selalu tau bagaimana memperlakukan aku. '' gea aku tak mau kau pergi.'' bisikku. Semilir angin ditepi danau tak menyurutkan aku untuk melepas pelukannya. Aku semakin memeluknya erat. dan tak akan melepaskannya.
'' geaa... Hentikan!. Kau sudah gila?. Kau mau membunuh grandis?!.'' hingga teriakan itu memaksaku menyeruak dari pelukan gea. Ditangannya terdapat kayu runcing yang diarahkan padaku.
Aku tak tau harus berbuat apa, kupincingkan mataku. Kurangkum wajahnya. aku tak percaya gea akan melakukan itu padaku.
'' grandis lari!!!!!. '' teriak lonil.
Aku masih terpaku tak percaya. '' kau siapa!?.'' ah,, bodoh. Apa yang kuKatakan?. Gea lalu mengarahkan kayu itu ketubuhku tapi lonil segera menarikku, dia mengajakku berlari lebih jauh. Aku menangis tak percaya. Gea, dia akan membunuhku?. Bukankah dia mencintai aku?. Ya Tuhan?.
aku terus berlari mengekor dibelakang lonil. Kringat dingin terus mengalir ditubuhku. aku tak mengerti semuanya. Lonil semakin memper erat genggaman tangannya. Aku tak tau akan kemana kita berlari. semakin jauh dari danau.
Brugk...!!!.
Kakiku tersandung akar pohon yang menonjol ke permukaan tanah. Lututku perih, mungkin lututku berdarah ternyata iya. Lonil lalu menghampiriku. '' apakah kau masih bisa berlari ndis?. Sebentar lagi kita keluar dari danau.'' tanyanya.
'' entahlah, '' jawabku sambil meringis kesakitan. sosok itu datang lagi, dari sorot matanya dia tak begitu bersahabat. gea lalu mengarahkan kayu runcingnya kepada lonil dan...
'' ARRRRGGHHHH.....'' semuanya blank. Blitzzz...
Kukerjapkan mataku. Apakah ini sudah di surga?. Batinku. Tapi surga tak segelap ini. Belum aku masih hidup bahuku sakit sekali kayu itu masih menancap di bahuku. Aku menangis.
'' kau tak apa-apa ndis?.'' tanya lonil cemas. Aku menggeleng lemah. Sakit!.
'' puas kah kau melukaiku ge?.'' tanyaku, '' sudah PUASS!!!?''. Teriakku lalu terisak.
Gea tak bergerak sedikitpun dari tempatnya. Ku tatap matanya. aku tak habis pikir.
'' ge... Mengertilah takdir ini. Kau sudah meninggal pulanglah dengan tenang ge..!''. kata lonil sambil melindungiku dari jangkauan gea.
'' aku tak rela jika grandis menjadi milik orang lain. Aku ingin memiliknya seumur hidupku. Aku ingin grandis pergi bersamaku. Mempertahankan cintaku dan dia. ''. Ucap gea runyam. Ya Tuhan... Mataku terbelalak tak percaya.
'' ge akupun mencintaimu. Tapi kita sudah berbeda... Aku tak bisa. Aku harus melanjutkan hidupku. Disini.'' ucapku lirih. '' pergilah ge... Inilah takdir kita. Kita harus terima. Jalan kita telah berbeda. Dunia kitapun tak sama. Relakan aku. Karna aku juga telah mengikhlaskanmu ge...!''.  ucapku sedikit bergetar.
lalu ratusan kunang-kunang yang indah datang. Mereka mengelilingi gea. ''berjanjilah kau akan tersenyum untukku. Grandis ..'' ucap gea lalu tersenyum.
Semakin lama, gea semakin menghilang. Kunang-kunang itu seperti membawa gea terbang. Jauh... Jauh.. Daan hilang selamanya. Senyumnya masih terekam di benakku. Manis.
'' kau selalu hidup dalam hatiku ge...!.''. gumamku
Lonil menatapku sayu. Dia lalu memapahku berdiri dan menggendongku.
'' maafkan aku karna selama ini tak percaya padamu ndis...!.'' ucap lonil. Aku hanya mengangguk lemah.
aku merasakan pundakku mati rasa. bajuku yang putih hampir berwarna merah. Lalu lonil membawaku kerumah sakit. Dan kami memutuskan untuk merahasiakan cerita ini dari siapapun.
******** 10 tahun kemudian....
'' hai ge... Bagaimana kabarmu?. Semoga kau tenang di surga. Ge... Lihat ini marten, dia anakku, lucu tidak?. Hehehe, dia mirip denganku tidak?''. Ucap grandis sambil menebar bunga di atas makam gea.
'' ge... Semoga kau dapatkan bidadari di surga yah..!'' ucap seorang lelaki.
'' papah onyil ini kubulan ciapa tiiih??!.'' ucap marten sambil menjilati lolipopnya.
'' ini makam temen papah sama mamah.'' jawab lonil, lalu membelai rambut marten. Anak lelaki yang ada dalam gendongannya sekarang.
Marten lalu menghampiri grandis. '' mamah kenapa nangis?.'' sahut marten.
'' engga nangis kok, mamah cuma terharu.''
'' ooh orang ini pasti penting yaa buat hidup papa sama mama,,!.'' sahutnya polos.
Lonil dan grandis saling bertatapan heran.'' hey sejak kapan kau mengerti bahasa orang dewasa seperti itu?.'' tanya lonil. ''!.'' lanjutnya. Lalu merengkuh tubuh istrinya. Dan tersenyum manis.
'' mah, pah ayok pulang marten boccceeen niiiyh...!. ''
'' iyaaa sayaaaang ...''. sahut grandis dan lonil lalu mereka beranjak pulang. Langit senja mengantar kepulangan mereka. Keluarga kecil itu terlihat sangat sempurna. Sesosok orang dibalik pohon mengintai mereka '' terimakasih karna kau sudah menepati janjimu ndis...!'', iya terlihat sangat gembira. Kemudian dia berbalik lalu menghilang.
## meskipun kau tak ada disini. Meskipun dunia kita tak sama lagi tapi aku akan tetap mencintaimu. Kau selalu punya tempat teristimewa dihatiku. Percayalah, akupun mencintaimu. biarkanlah kunang-kunang itu temani jalanmu menuju singgah sana nan hakiki. Tenanglah sayaang... Aku berjanji takkan menangis lagi untukmu. Biarkan aku temukan cintaku. Ijinkan aku jalani hidupku. Ini duniaku. Doakan yang terbaik untukku.
-end-
sanniesflaw ^^