galaau -_-


Aku menghela nafas panjang dan menghembuskannya perlahan entah untuk yang ke berapa kalinya hari ini.


Aku menghela nafas panjang
dan menghembuskannya perlahan
entah untuk yang ke berapa kalinya hari ini.

Wajahnya yang pahit masih menghantuiku sampai detik ini.

Aku melongok keluar jendela,
berharap ada kamu dengan senyum gilamu
yang tak pernah tau malu.
Tapi nyatanya tak ada.
Aku merebahkan tubuhku yang berlebihan ini
lalu menghela nafas satu, satu dan menghembuskannya pelan.

Dan aku simpulkan aku sedang galau.
Temanku berkata “jangan suka galau nanti cepet tua”
Lalu aku tertawa kecil, tertawa yang kecut.

Aku menghela nafas lagi, kai ini yang paling panjang
Lalu menggerutu dalam hati.
“ kapan aku bisa cantik?”
“ kapan kamu bisa liat aku disini?, disampingmu?”
Dan aku menyimpulkan aku sedang tidak bersyukur.

Lalu aku bertanya, apa yang membuat seseorang cantik?
Apa mungkin namanya?
Seseorang berkata padaku, “ orang yang bernama amalia biasanya jelek”
Dan kau tau namaku adalah amalia.

Aku menyibak gorden jendela kamarku
Berharap hujan turun lebih deras supaya airnya
Mampu menyapu semua gundah yang ada.

Aku kembali menengadahkan kepala
Mencoba menatap langit-langit kamarku
Langit-langit ini selalu saja putih.
Tapi hampir setiap malam langit-langit ini selalu menampakkan wajahmu
Seseorang yang tak tau malu, yang aku sayangi.

Kau tau aku terlalu mudah jatuh cinta
Tapi aku tak mudah untuk mengatakan aku sayang
Dan sekarang kau sudah mengambil hatiku,
Tapi kau malah meninggalkannya sendirian di halte bus.

Kau tau?,
Aku sudah terlalu lelah menunggu
Terlalu lelah jatuh cinta
Terlalu lelah bila harus tau bahwa cintaku bertepuk sebelah tangan.
Dan aku mulai bosan mendengar pernyataan bahwa,
“ semuanya akan indah pada waktunya”

kecewa



Peduli? Kau ucapkan maaf atas kekecewaan yang ku alami?
Peduli?
Kau ucapkan maaf atas kekecewaan
yang ku alami?
Sejak kapan kau mulai peduli padaku?
Kurasa kita tau bahwa aku bukan aku yang dulu. Lagi.

maaf?,                                                           
Sejak kapan kau mulai
Mengenal kalimat maaf?,
Yang ku tau kau orang terbenar di dunia ini.
Kau dan aku tau itu.

Kecewa?,
Bukankah kau tau,
Aku sudah berteman lama dengan kecewa.
Tak asing lagi dengan rasa sesak yang muncul di dada.
Kami seperti satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.

Kau
sejak kapan mulai peduli padaku?
Sejak kapan kau pandai merangkai kata maaf?
Entah bagaimana senyummu terasa ganjal dimataku.
Tak lagi menyesakkan dada, tapi memuakkan.

tak usah pedulikan kecewaku.
Aku sudah mengenalnya jauh,
Sebelum aku mengenalmu.
bahkan mungkin kecewalah
Yang benar-benar mengerti aku.
Takdir, kecewa dan aku,
Kami seperti teman akrab dari dulu.

Kekecewaan akan takdir,
Atau takdir akan kekecewaan,
Entah apapun konteksnya,
Kau tau, bahwa aku terbiasa kecewa.
Tapi aku masih bisa berdiri dengan takdirku.

Aku, kecewaku serta takdirku.
Kami. Sesuatu yang pernah kau lukai.
Dan sesuatu itu baru saja mencoba bangun
Dari mimpi buruk akan dirimu.
Mencoba merangkai harapan yang pernah ada.
Mencoba mengais apapun yang sempat kudambakan.

when it was rain i fall in love with you.


aku mengenalmu saat itu.
saat aku membutuhkan seseorang
untuk berdiri disampingku

aku mengenalmu saat itu.
saat aku membutuhkan seseorang
untuk berdiri disampingku

lalu kau buatku melayang
benar-benar seperti layang-layang.

kau buatku jatuh cinta padamu,
jatuh cinta pada kedalamanmu berfikir
pada pikiran rasionalismu
pada kebencianmu akan politik
aku bahkan suka berdebat lamalama denganmu.

tapi sore itu
wajahmu beda,
dingin, menyebalkan, dan membuatku ingin menangis.

kau diam padaku.
aku sudah berusaha mencairkan semua suasananya
tapi kau hanya menjawab seperlunya
tak ada canda, tak ada debat, tak ada berfikir dengan rasional atau perasaan.

lalu kau tiba-tiba pergi meninggalkanku.
dengan satu kalimat " aku tak ingin bertemu denganmu lagi"
kau tau?, dibawah rintik hujan aku menangis.

lalu esok harinya kau menghampiriku
membawakanku sebatang lolipop rasa jeruk.
dan bilang maafkan yang kemarin aku sedang tak enak hati.
dan aku terima. aku mencoba mengertimu.

tapi esok harinya,
saat kita berjumpa di sudut sekolah
kau bahkan seperti tak kenal padaku. hanya diam.
dan waktu itu aku ingin menangis.

dan seperti itu seterusnya.
kau tau, aku begitu menyayangimu.
dan aku ingin setiap hari tuhan menurunkan hujan yang banyak,
kenapa?
karna hanya pada saat itu aku mencintaimu.
hanya saat hujan. hanya satu saat,
hanya pada satu situasi aku mencintaimu.
hanya saat hujan.

lagi, lalu lagi, dan lagi


kemarin kau pendarkan hatiku,
coba terangi aku dengan senyum manis
yang terpatri dalam wajahmu.


kemarin kau pendarkan hatiku,
coba terangi aku dengan senyum manis
yang terpatri dalam wajahmu.

kau membuatku berharap.
membuatku mencoba menggantungkan
apa yang pernah ada dalam diriku.
apa yang sempat hilang,

lalu aku mencoba mengaisnya lagi,
dan mulai berharap padamu.
sesuatu yang menyesakkan dada.

tapi hari ini kau padamkan semuanya.
kau hancurkan lagi mimpi yang sedang ku rajut.

yah aku seperti snow white, yang kau bangunkan
lalu kau buat mati lagi. yah lagi.

dan kau tau bodohnya aku?.
meskipun sudah kau hancurkan begini
aku masih tetap disini. mencoba mengais
sisa mimpiku untuk kubawa pulang.

aku masih disini berusaha berdiri tegak
meskipun kakiku terasa lemas.

aku masih disini, berusaha mewarnai langit
masih disini mencoba menghitung bintang
masih disini mencoba merangkai hati.

aku masih disini, menunggumu
menunggu sesuatu yang tidak ada.

you and me #part 2



“ holla. gelsya?, kau dimana, bisakah kau kembali ke stand aku harus pulang.!” –bobs-
“ holla,” –aku-
“ holla. gelsya?, kau dimana, bisakah kau kembali ke stand aku harus pulang.!” –bobs-
“ yaa, aku datang bobs” –aku-
Pip. Sambungan terputus.
“ anggy mau kah kau menemaniku kembali ke stand?, “ ucapku, sambil mengusap air mataku. Rasanya hatiku benar-benar hancur. Ya tak sedramatis itu memang tapi benar-benar perih. Setelah kuceritakan semuanya pada anggy. Dia hanya dapat membantuku untuk bersabar, dan melatihu  untuk mencoba mengambil nafas lebih dalam.
“ apa kau yakin akan kembali ke stand?. Kurasa itu akan membuatmu semakin sakit. Sya…, kau akan bertemu dengan luke.” Jawab anggy lalu memberikanku tissue lagi.
“ tidak apa, sepertinya dia sudah pulang, ayolaah… ku mohon!.” Jawabku dengan suara serak. Akhirnya aku dan anggy memutuskan untuk kembali ke stand dengan syarat jika nanti aku bertemu dengan luke aku tak boleh menangis.
***
“ maaf bobs, tadi aku pergi begitu saja.” Ucapku lalu mengambil sebotol air mineral.
“ ah iya tak apa. kau bisa kan menjaga stand sendiri. Aku harus pulang. Adikku sendirian tak ada yang menjaganya dirumah.” Ucapnya dengan wajah yang meyakinkan aku. “ iya tak apa.” Sahutku. lima menit kemudian bobs pulang dan aku kembali sendirian di stand yang hampir tak bernyawa ini.
Malam ini adalah pucak acara. Ku lihat teman-temanku berlalu lalang. Ada yang bersama teman-temannya ada yang bersama pasangannya. Dan aku?, lihat aku? Aku sendiri. Dimalam yang harusnya aku dapat ikut melompat-lompat bersama teman-temanku menikmati setiap genre music yang dibawakan oleh para guess star. Tapi aku malah duduk sendiri. Lalu menangisi luke yang sudah membuatku terkejut dengan hubungannya bersama bella. Ahhh… aku tak ingin melihat wajahnya lagi. Malam semakin larut aku semakin merasa berantakan saat ku lihat luke dengan bella. Aku ingin mendekati luke dan berteriak ditelinganya “ HARUSNYA KAU MEMILIH AKU BUKAN DIA!!!!. Bukan wanita itu luke…!. Bukan bella… tapi aku…” tapi itu tak mungkin itu sama saja aku menyiapkan peti mati untukku sendiri.
Setelah kupikir lebih baik aku pulang cepat. Aku lalu meraih handphoneku dan mengetikan beberapa nomor.
“  holla… malfoy, bisakah kau menjemputku?.” –aku-
“ holla, gelsya, ah maaf aku tak bisa. Aku sedang ada kencan. Telfon taxi saja, I’m so sorry darling… bye!.”
Tanpa meng-iya-kan usulan malfoy aku lalu menutup sambungan. Dan segera beranjak dari stand. Aku tidak menelfon taxi atau apapun. Aku memilih pulang dengan jalan kaki. Mungkin perasaanku akan lebih baik. Toh jarak rumah dan sekolahku tak begitu jauh. Sepanjang jalan aku terus mengutuk luke. Air mataku tak habis-habisnya. aku ingin dunia tau bahwa malam ini aku benar-benar sedih. Aku membenci luke.
***
Jalanan di malam musim semi dengan lampu jalan yang seadanya makin menambah kegalauanku. Aku terus menyusuri trotoar jalan sniver. Aku terus terisak selama perjalanan pulang. Tangisku yang sesenggukan membuat bahuku naik turun. Disaat seperti ini aku sukaa sekali mengutuk diriku. Yang tidak secantik wanita lain. Meskipun momy selalu mengatakan bahwa cantik itu terpancar dari hati. Tapi tetap saja bagiku itu hanya tipuan belaka. Laki-laki mereka hanya melihat outer beauty. “ ahh shit… shit… shit…!!!”
Aku tak ingin pulang kerumah. Tapi harus kemana aku pergi?. Aku tak tau mau kemana menangispun rasanya sudah tak ingin. Ku tempatkan pantatku di sebuah kursi besi dibawah lampu jalan. Ya.. Tuhan,,, harus bagaimana aku?. Mengapa ini harus terjadi disaat aku benar-benar menyayangi luke. Mengapa bukan waktu itu saat aku menganggap luke hanya sebagai sahabatku.
“jika kau menangis kau akan terlihat seperti ibu-ibu yang sedang kesal karna anaknya menyisihkan potongan paprika di makan malamnya…” ucap seseorang lalu mengulurkan tissue. “ ayo lekas usap air matamu, kau terlihat tidak manis jika menangis…”, lanjut lelaki itu.
“ bagaimana kau bisa tau?, ibuku akan marah jika aku menyisihkan potongan paprika?, tidak menangispun aku memang bukan anak yang man. Aku sama sekali bukan anak yang manis.”, ucapku lalu mengusap air mataku dengan punggung tanganku sambil terus terisak.
“ hey gunakan ini. Itu tidak steril…!.” Ucapnya, “ setidaknya aku senang bila melihat kau tersenyum. Sepertinya matahari, awan,langit semuanya ikut tersenyum. Lihat jika kau menangis bulan takkan tampak. Bintangpun mengurungkan niat untuk bermain denganmu.”
“lihat aku… buruk sekali bukan?. Hatiku hancur berantakan. Oh ya apa yang kau lakukan disini Gordo?, ah aku tau pasti kau membuntutiku… mengaku saja!.”
“ untuk apa membututimu, aku bisa berurusan dengan luke-mu itu!.”
“tak usah menyebut mahluk itu lagi. Anggap saja ia tak ada. dengar ya, aku benci luke!.”
“ ada apa dengan kalian?.”
Aku lalu menceritakan semuanya. Dan air matakupun berjatuhan. Sekuat apapun aku menahannya mereka semua akan menerobos pertahananku dan membasahi pipiku. Mengingat semuanya, seperti mengulangi ledakan bom itu dihatiku. Mula-mula aku tak tau ada bom, lalu tiba-tiba saja terdengar detak waktu dan duaaaaarrrrrrrrr!!!!!!. Semuanya meledak begitu saja. Seketika.
“ sudahlah,,, tak usah menangis. Air matamu tidak akan membuat luke jatuh kepelukanmu bukan?,” ucap gordo lalu menggenggam bahuku. “ kau tidak boleh menangisi orang yang menyakitimu. ayo, tersenyumlah gelsya!.”
“ tapii,,, jika harus seperti ini mengapa Tuhan harus mempertemukanku dengannya?, mengapa?. Apa mungkin Tuhan tak sayang padaku sehingga ia, membuatku seperti ini!.” Ucapku lalu terisak di pundak gordo. Entah sejak kapan gordo memelukku. Tapi aku memang membutuhkan sebuah pelukan. Saat ini.
“ tak usah menyesal karna pernah bertemu dengannya. syukuri saja apa yang telah terjadi padamu. Kau tau mengapa terkadang tuhan mempertemukan kita dengan orang yang terkadang tak tepat dengan kita?. Karna dia ingin jka suatu saat nanti kau bertemu dengan orang yang tepat kau akan bersyukur kepadanya. Ayolah sya,,, ini bukan akhir semuanya.” Ucap gordo, terus meyakinkanku. Aku masih terisak dalam pelukannya yang hangat. Yang menenangkanku. Luke… andai saja kau yang ada disampingku saat ini. Mungkin aku lebih bahagia, lebih merasa nyaman. Yah aku nyaman bersamamu, tapi kau tak pernah mengerti semua itu luke. Kau bahkan memilih dia, bukan aku. ucapku dalam hati.
*****
Aku lalu terperanjap dari tidurku. Sinar matahari saling berdesakkan masuk melalui celah ventilasi udara. Aku hampir tak ingat apa yang terjadi padaku. Rasanya kepalaku berat sekali. Aku lalu berdiri di depan cermin. Kulihat sesosok wanita di cermin itu. Ia terlihatan sangat memprihatinkan. Matanya bengkak. Hidungnya merah. Lalu kutersadar bahwa wanita itu adalah aku. Kasian sekali diriku itu. Aku menjatuhkan tubuhku di kasur lalu mengingat apa yang telah terjadi. Tak terasa setetes air mata meluncur. Aku lalu menghapusnya. Aku tak ingin menangis lagi. Benar kata gordo air mataku terlalu berharga bila jatuh hanya untuk menangisi orang itu. Aku harus lebih baik. Aku berjanji pada diriku akan menemukan seseorang yang lebih dari luke. Pip… pip… aku lalu meraih handphoneku. One message receive.
Frm: Poooooooo :)
Mamot…. Apakah kau baik-baik saja?, aku sangat menghawatirkanmu.
Kemarin aku mencarimu. Tapi kau tak ada dimana-mana.
Ahh…?. Mulutku menganga lebar menatap layar handphoneku. Dia bahkan tak menyadari apa yang telah terjadi denganku. Dia tak menyadari aku menangis karnanya. Dia tak sadar. Iya… dia tak mungkin menemukanku. Aku sudah ditelan bumi malam itu. Aku lalu mengetikan beberapa huruf yang mengungkapkan bahwa AKU BAIK-BAIK SAJA. Aku baru saja akan berangkat ke-kamar mandi, lalu kudengar handphoneku berbunyi lagi.
Frm : Poooooooo :)
Mot… meskipun aku sudah memiliki bella, tapi kau masih menjadi sahabatku kan?.
Aku menyayangimu mot. Sebagai sahabatku…,
Apa-apaan ini???. Apa yang sedang dia pikirkan. Dia pikir aku ini apa?. Jika telah berpacaran dengannya yasudah jauhi aku. Kenapa malah ingin tetap menjadi sahabatku seperti ini?. Yang benar saja, kenapa dia tidak membunuhku saja?. Ya tuhan… apa yang sebenarnya ada dipikirannya?.
Send : poooooooo :)
Ya, I love you too…
Bodooh…!!!! Kenapa ini yang kukirimkan?. Aghhh… demi Tuhan aku mengutuk diriku sendiri. Gelsya kau bodoh sekali
****
Sudah tiga miggu umur pacaran luke dan belle. Yaah… dan sampai saat ini aku dan luke masih bersahabat. Ternyata aku tak bisa jauh-jauh darinya. Sungguh. Setelah kupikir-pikir tidak ada salahnya jika kami tetap bersahabat. Dan selama  tiga minggu ini aku sempat menjalani hubungan dengan gordo. Yah… malam itu dia mengantarku pulang lalu dia, mengatakan sesuatu yang sangat tidak kuduga. Dia bilang dia mencintaiku..
“ gelsya… sebenarnya ada yang ingin ku katakana padamu.” Gordo.
“ ucapkan sajaa…. Ada apa?,”
“ entahlah mungkin kau berfikir aku sangat keterlaluan, dan kau mungkin akan berfikir aku seperti memanfaatkan semua ini. Entahlah, tapi aku hanya ingin mengatakan…”
“ ayolah gordo… diluar dingin sekali, apa yang sebenarnya ingin kau katakan?,”
“ aku menyukaimu sya… apakah kau mau menjadi sebagian dari senyumku?.”
Entah apa yang ada dipikranku waktu itu. Lama aku tidak menjawab,tapi tiba-tiba saja aku mengangguk. Dan gordo lalu berhamburan memelukku. Tapi hubungan kami tak berjalan lancar, tiba-tiba saja gordo jadi sibuk dan jarang menelfonku. Dan lima hari yang lalu, aku melihatnya disupermarket dengan seorang wanita. Tanpa pikir panjang, saat itu juga aku memutuskan semuanya. Ironis.
 Oh ya… aku memiliki perjanjian dengan luke aku harus memberitahukannya, siapa lelaki yang membuatku mengangis pada malam carnaval itu. Ah luke bodoh!. Kenapa ia tak sadar juga?. Aku akan memberi tau luke minggu depan. Padahal rencananya aku akan memberi tahunya taun depan pada saat malam tahun baru tapi dia terus memaksaku.
Handphone ku bergetar, memberi tahu bahwa sebuah sms telah masuk.
Frm : poooooooo :)
Gelsya… aku putus dengan bella.
Entah apa yang ada dipikiranku sekarang ini. Mulutku masih terbuka lebar. Aku terpaku menatap layar handphoneku. Bagaimana bisa?. Secepat itukah hubungan mereka berjalan. Kupikir mereka akan sangat lama. Entah apa yang harus kuucapkan… aku hanya dapat mengatakan sabar.. dan semangat…. Masih banyak wanita lain yang mencintaimu, lebih dari dia. Tapi dia tidak membalasnya.
Aku tak tau bagaimana seharusnya aku merasakan semua ini. Jika aku merasa senang, maka aku sangat egois. Disaat luke sedang bersedih seperti ini, aku jahat jika aku merasa senang. Ahhh entahlah. Aku tidak bisa berfikir dengan baik saat ini. Aku terlalu sibuk bingung mengurusi seharusnya bagaimana perasaanku. Yah aku bingung bagaimana harus merasakannya.
****
Setelah putus dengan bella, hubunganku dengan luke baik-baik saja. Semakin membaik malah. Yah… dari bangun tidur hingga akan tidur lagi kami tak putus komunikasi. Standar lah hanya menanyakan, apakah kau sudah makan, sedang apa. Dan sebagainya. Teman-temanku selalu berkata, kau itu sedang digantung oleh luke. Hati-hati saja, suatu saat nanti jika semua tak sesuai dengan harapanmu, semua ini akan menjadi sangat menyakitkan. Tapi aku tak menggubris omongan mereka. Aku hanya yakin, luke tidak akan melakukan sesuatu yang dapat menyakitiku lagi. Aku sangat yakin.
Hari ini aku akan memenuhi janjiku kepada luke. Aku akan memberitahunya siapa lelaki yang telah menyakitiku. Aku menuliskanya diselembar kertas. Aku tak tau harus menuliskan apa pada kertas itu.
Sore ini aku dan luke berjanji bertemu di taman. Aku duduk di salah satu kursi besi. Suasananya sangat indah sekali, aku sangat menyukai suasana seperti ini, saat langit mulai berwarna orange dan disebelah sana, warnanya sudah mulai ungu, sangat indah sekali bukan. Aku masih sibuk memandangi indahnya langit sore. Tanpa sadar seseorang sudah ada disampingku.
“ indah yaa…?”
“ emhh… sangat indah!.”
“ oh ya… mana yang kau janjikan?, aku menagihnya!!.”
“ ahh… bisakah kita tunda lagi?. Dua hari lagi…?”. Tanyaku memohon.
“ ayolah kau kan sudah berjanji sya, akan memberitahuku siapa yang membuatmu menangis pada malam carnaval itu.” Ucapnya dengan nada memaksa.
Aku lalu menghela nafas panjang dan mengeluarkan secarik kertas dari tasku. “ mungkin setelah ini aku akan kehilanganmu poo…,” ucapku tiba-tiba. Lalu menyerahkan kertas itu dan, pergi meninggalkannya. Aku sudah siap menerima kemungkinan terburuk yang akan kudapatkan nanti. Aku bahkan sudah siap untuk kehilangan semua tentang luke.
****
Aku sedang berbaring diatas kasur. Menatap kosong langit-langit kamarku yang kutempeli dengan stiker bintang-bintang. Aku selalu menganggapnya itu rasi bintangku. Aneh sekali bukan?.
Aku masih terdiam menunggu pesan dari luke. Yah aku sudah mengira ini semua akan terjadi padaku. Aku sudah mengira luke akan meninggalkanku. Pip… pip… handphoneku berbunyi. Aku langsung meraihnya
From : poooooooo :)
Maafkan aku sya, aku sudah menduga ini sebelumnya. Trmksh krn mencintaiku.
Tapi aku tak bisa aku sedang ingin konsentrasi dgn sekolahku.
Tapi tenang saja aku juga menyayangimu. I love you as my sister…
Air mataku mulai meluncur tanpa komando. Aku tak bisa menghentikannya. Entah kalimat apa yang harus kuketikkan di handphoneku.
Send : poooooooo :)
Poo, berjanjilah kau tidak akan meninggalkanku.
You complete me…
Lalu dia pun berjanji tak akan meninggalkanku. Aku menghela nafas panjang. Perasaan lega mengembang dihatiku. Setidaknya aku tak perlu takut kehilangannya.
****
Ujian akhir semester akhirnya berakhir juga. Sudah hampir dua minggu ini aku dan luke kehilangan kontak. Sebelumnya kami juga sedikit menjauh. Rasa takut sedikit menghantuiku. Aku takut dia akan meninggalkan aku untuk yang kedua kalinya.
Sebelum ujian semester aku sempat mengiriminya sebuah pesan singkat, yang bertuliskan I think the end of our story is you leave me alone. Ya…
Lalu dia hanya berkilah bahwa semuanya terjadi tergantung bagaimana takdir. Bagaimana tuhan mengatur semuanya nanti. Dia juga berkata, “tidak mungkin selama-lamanyaaku akan selalu disisimu. Karna pada dasarnya, semua manusia di dunia ini terlahir memiliki jodoh masing-masing. If we matt we will meet again
Aku bisa menerima argumennya waktu itu. Tapi jujur saja tingkahnya akhir-akhir ini sangat menjengkelkan. Tidak ada lagi canda, tawa dan pertengkaran. Tak ada lagi debat, cerita bodoh, lelucon aneh. Tak ada lagi coklat,  atau sebatang lollipop.
Aku meraih leptopku yang sudah dua minggu ini menganggur, ku buka folder stories. Tiba-tiba saja aku teringat akan janjiku.
“ oh iya bukankah kau suka menulis cerita sya?” Tanya luke
“ yaa… lalu mengapa?”
“ bisakah kau buatkanku sebuah cerita,,?”
“ cerita?, tentang apa?,”
“ tentang aku dan kau saja… bagaimana?.”
“ baiklah aku akan berjanji membuatkanmu sebuah cerita, tapi tetaplah menjadi kakakku..”
Lalu obrolan kami mengalir begitu saja. Aku lalu membuka file itu. Kubaca tiap kata yang ada dilayar leptopku. Tak terasa setitik air bening meluncur bebas di pelupuk mataku. Seperti kembali kemasa lalu. Saat aku mencintai luke secara diam-diam. Waktu aku menangis dihadapannya karna aku tak dapat mengerjakan ujian mata pelajaran kimia. Waktu itu terasa indah. Aku dan dia. Gelsya dan luke. Aku lalu mengambil nafas panjang, dan menghembuskannya perlahan. Mengapa rasanya begitu sesak?. Apa mungkin aku akan kehilangan luke untuk kedua kalinya?. Jika tuhan dengar doaku malam ini, aku hanya ingin, apa yang ada sekarang tetaplah seperti ini. Aku lalu meraih handphoneku, lalu mengetik beberapa huruf,
Send : poooooooo :)
Poooo, sedang apa?.
Message sent. Aku lalu mulai mengetik lagi. Sambil mengingat –ingat apa yang sudah luke dan aku lewati, lalu tersenyum tipis. Selang beberapa jam handphoneku berdering
Frm : pooooooooo :)
I’ll say my apologize, I’m not the best for you. Thanks for all
If you with me, I’m only make you sad, pain and hurt.
I don’t want you to hopping for me. I’m not be the one that the best to chose you.
I’m so devil to make you sad. I pray and hope you can find another rather better than me.
Thanks for all. I love you my sister.
Rasanya tiba-tiba saja petir menyambarku. Bom waktu itu meledak untuk yang kedua kalinya. Aku tak bisa menyembunyikan lagi air mataku. Benarkah selama ini aku terlihat sedih saat bersamanya?. Apakah aku terlihat sakit hati jika dia ada didekatku. Ya tuhan. Rasanya aku seperrti sedang dihimpit dua batu. Rasanya sesak. sekuat apapun aku memberontak batu itu akan tetap menghimpitku. Aku benamkan wajahku di antara bulu boneka Winnie the poohku. Lalu terisak sejadi-jadinya kenangan masa lalu pun mulai berputar di otakku. Saat kami bertukar coklat. Atau saat dia menenangkanku. Membunjukku untuk tersenyum semuanya akan tidak ada lagi. Betapa beratnya melepas semua ini. Bahkan bicara dengannya adalah ritual dalam hidupku. Apa mungkin aku telah bergantung padanya?. Sebegitu berartikah dia untukku. Lagu breath without you milik taylor swift mengalun perlahan melewati rongga telingaku. Tapi lagu itu malah membuat hatiku semakin perih. Apakah aku juga harus belajar bernafas tanpa luke?. Apakah aku bisa?. Entahlah!.
And we know is never simple never easy. Never a clear back now and have to save me…
Breath… without you, but I have to, and I can’t breath without you but I have to….
Aku lalu memejamkan mataku. Berharap saat besok aku terjaga ini semua hanyalah mimpi.
****
Sayangnya ini semua bukan mimpi ini adalah sebuah kenyataan. Bagaimana hari-hariku nanti tanpanya. Apa mungkin aku sudah mulai bergantung padanya?. Apa bisa, aku tak melihat senyumnya lagi?. Apa yang harus aku lakukan nanti jika aku bertemu dengannya?. apakah masih bisa seperti yang dulu lagi?. Pagi ini aku terbangun dengan mata sembab yang bengkak. Bagaimana tidak. Semalaman aku menangisi luke. Aku menarik nafas panjang, lalu menahannya sebentar dirongga dadaku, dan menghembuskannya. Tapi rasa sesak itu tetap ada.
Beberapa minggu setelah sms luke itu, aku sudah hampir lose contact dengannya. aku sudah terlalu lelah memikirkan semua ini. Setiap saat yang ada dikepalaku adalah bagaimana membuat hubunganku dengan luke seperti dulu lagi. Tapi mungkin semua itu akan menjadi sia-sia. Karna setiap aku mengririm sms pada luke tak ada satupun balasan yang ku terima.hanya sesak yang ada aku bahkan hampir lupa bagaimana indahnya bernafas?.
Otakku terus berputar mencari cara, bagaimana agar luke membalas pesanku. Tapi rasanya semua cara sudah kucoba. Dan hasilnya tetap, saja nihil. Lalu aku teringat kembali dengan janjiku pada luke. Mungkin dengan cerpen itu aku dapat mengubah keadaan yang carut marut ini kembali seperti semula.
****
Semalaman ini aku menyelesaikan cerpenku. Cerpen itu lalu kugulung dan ku ikat dengan pita. Lalu kuberi note kecil yang ku tali dengan pita, note itu berisi
“ untuk luke, seseorang yang akan selalu ada setiap aku memejamkan mata dan membuka mata. Apa kabarmu hari ini. Semoga baik. Ah ya, lihat aku, sangat berantakan tanpamu. Tapi tenanglah aku berjanji akan selalu tersenyum tanpamu disisiku. Aku akan mendapatkan seorang lelaki yang tentunya jauh lebih baik dari kau. Aku berjanji. Saat aku memikirkan semua ini, taukah kau?, aku sangat merindukan kau, emmm tepatnya aku sangat merindukan kita, tapi mungkin kau memang bukan orang yang tepat untukku, karna sudah dua kali kau membuatku seperti ini. Tapi tak apa semua ini membuat aku sadar, bahwa tak semua cinta itu indah. Terimakasih karna kasih yang selalu engkau berikan, dan karna kau telah mengajari betapa indahnya mencintai tanpa dicntai. gelsya.
Aku meletakan gulungan itu diatas motor luke setelah sekolah usai. Kemudian aku melangkah pergi. Langkahku sepertinya sangat ringan, beban dipundakku juga sepertinya telah habis menguap. Aku berjanji pada hatiku sendiri setelah ini aku akan memulai hidupku dari awal, semua mimpi yang sempat tertunda selama ini, akan kucoba untuk kugapai lagi. “ semangat sya!.” Ucapku menyemangati diri.
 Aku sedang menunggu bus, di trotoar dekat sebuah toko, hingga aku melihat anggy di sebrang jalan sedang melambai ke arahku. Aku lalu melangkahkan kakiku untuk menyebragi jalan, dan…
“ GELSYA AWAAASS!!!!!”  baru saja selangkah, sebuah motor menghantamku dari belakang. Tanpa bisa menghindar. Tanpa bisa berlari, aku merelakan tubuhku terhantam dan terpelanting ke aspal. Lalu samar kulihat anggy menggenggam tanganku. Lalu semuanya gelap.
************
Aku luke, umurku 17 thn. Aku sedang membaca sebuah cerpen dari seseorang yang aku sayang. Meskipun cintaku tak sebesar cintanya padaku. Namanya gelsya, dia adalah gadis yang riang. Tapi hubungan kami berantakan karna rasa cintanya padaku. Bukan… bukan karna aku tak mencintainya tapi hanya saja, aku telah menganggap dia seperti adikku.
Entah bagaimana tapi cerita yang gelsya buat membuatku ingin menemuinya sekarang juga. Segera Aku meraih kunci motorku dan memacu motorku, membelah jalanan. Yang ada dibenakku saat itu adalah gelsya basakah kau memaafkan aku?. Jangan sampai ending cerita itu terjadi juga padamu. Cukup kepaitan yang kuberikan saja. Karna aku tak bisa membayangkan jika kau… dadaku rasanya sesak. Aku tak ingin kejadian buruk menimpanya.
Aku berhenti didepan sebuah rumah. Lalu ku ketok pintunya.
“ maaf anda mencari siapa?” Tanya seorang lelaki setengah baya.
“ permisi tuan apakah gelsya dirumah?.”
“ mmm maaf gelsya dan keluarganya sedang dirumah sakit.”
“ ada apa?. Apa yang terjadi tuan?”
“ tadi siang seseorang mengabarkan gelsya mengalami kecelakaan, apakah ada sesuatu yang penting, akan saya sampaikan nanti”. Seketika petir seperti menyambarku. Tak menunggu lama, setelah lelaki itu memberi tahu dimana gelsya sekarang, aku lalu memacu motorku menuju rumahsakit pusta kota.otak ku tak karuan. Lalu sepintas pikiranku melayang ke cerpen yang gelsya buat.
Perlahan aku membuka daun pintu yang ber-cat putih, kulihat sebuah tubuh terbaring lemah. Didahinya terlihat bekas luka. Ingin sekali aku memeluknya. Tapi tak kuasa. Gelsya.. maafkan aku, ucapku dalam hati. Lidahku kelu. Aku tak bisa mengucapkan apapun. Hanya mematung. Terdiam. Membisu. Ku raih tangan gelsya. Lalu berbisik ditelinganya “ kau tetap adikku, aku lakukan semua ini hanya ingin kau tidak terlalu bergantung padaku. Ayo buka matamu.” . aku lalu memandangi wajahnya yang pucat. Matanya yang tanpa disembunyikanpun aku tau bahwa dia habis menangis semalaman. Tubuh ini begitu rapuh. Sehingga aku tak dapat lagi menjadikannya sebagai penyangga, penyangga setiap detail rapuhnya hatiku.
Sebuah alat yang menyalurkan kabel ketubuh gelsya berbunyi keras, seketika beberapa suster masuk dan menyuruhku keluar. Aku dan keluarga gelsya menunggu diluar, hanya dapat diam melihat apa yang suster itu lakukan pada gelsya lewat jendela kaca. Hingga tiba-tiba alat itu berhenti berbunyi dan, tubuh itu tak lagi menandakan adanya suatu kehidupan. Tubuhku melemas. Tatapanku kosong, gadis yang selama ini sudah kuanggap seperti adikku, kini tak dapat lagi kulihat senyumnya. Lalu kuperhatikan raut wajahnya, seulas senyum Nampak diwajahnya. Seperti sebuah beban berat lepas dari pundaknya. Aku hanya dapat menatapnya dalam kebisuan. Dalam keheningan. Yang perlahan mencekikku.
****
Aku menghadiri upacara pemakaman gelsya. Entah apa yang ada dipikiranku waktu itu. Rasanya seperti kehilangan sebagian dari tubuhku. Aku kehilangan gelsya, dia adikku, sahabatku, dan mamotku. Usai pemakaman, aku tak langsung kembali aku berjongkok didepan makam gelsya, lalu menatapi sebuah gundukan tanah itu. Apakah mungkin jasad dibalik tanah ini akan ada lagi disampingku?. Setelah bosan berperang dengan emosi, otak dan Tuhan aku bangkit dan meletakkan gulungan cerita itu diatas makam gelsya. Aku kemudian melangkahkan kakiku, yah gelsya benar dia akan hidup bahagia. Dia telah menemukan jalannya. Kebahagiaannya. Lalu aku teringat ending cerita yang dibuatnya,
“ setelah aku meletakkan gulungan cerita itu aku lalu beranjak pulang. Aku berjalan menyusuri setiap liku jalan sniver, kamudian sebuah mobil hitam menghantamku dan aku terjerembab ke jalanan. Lalu semuanya gelap.”
Entah harus percaya atau tidak tapi yang dituliskannya dalam cerpenya, seperti sebuah cermin masa depan. Semua yang ada di dunia ini, seperti sebuah scenario. Dimana aku dan kamu, adalah pemeran utamanya. Dan dalam cerita kali ini, aku dan gelsya adalah pemeran utamanya. Gelsya kini telah menemukan kebahagiannya. Kini tinggal aku yang harus berjuang mencari kebahagiaanku. Terimakasih gelsya, karna telah warnai hariku.